Bahtera Nabi NUH
Oleh
: Wisnu Wijanarko
Pada zaman
dahulu setelah zaman Nabi Idris AS kaum Nabi Nuh mengalami kesesatan, mereka
menyembah patung buatan sendiri. Setiap kali di ingatkan, mereka malah
mengancam akan melempari Nabi Nuh dengan batu. Mereka juga menyembelih hewan
kurban sebagai persembahan untuk berhala itu. Tuhan memerintah Nabi Nuh untuk
membuat kapal, tapi dia tidak tahu cara membuatnya, “Buatlah kapal itu seperti
dada burung” perintah Tuhan kepada Nabi Nuh. Untuk membuat kapal tersebut, Nabi
Nuh harus menanam pohon terlebih dahulu. Setelah pohon itu besar Nabi Nuh
memakai kayu untuk membuat kapal. Nabi Nuh bersama pengikutnya mulai
memotong-motong kayu. Mereka membuat kapal tersebut di sebuah padang pasir yang
sangat tandus. Hal itu membuat orang-orang kafir semakin gencar mengolok-olok
mereka.
Tidak
berapa lama perbuatan kapal tersebut selesai. Nabi Nuh melapisi kapal tersebut
dengan aspal di bagian luarnya. Beliau membagi kapal itu menjadi 3 tingkat.
1. Tingakat pertama untuk binatang buas.
1. Tingakat pertama untuk binatang buas.
2. Tingkat
kedua untuk jenis burung/unggas dan binatang jinak.
3. Bagian
terakhir di tempati Nabi Nuh beserta pengikutnya.
Kemudian
Tuhan memberi tahukan kepada Nabi Nuh tanda-tanda akan di berikan azab, yaitu
keluarnya air dari tungkak api. Air memancar dari segala penjuru. Nabi Nuh
segera menutup pintu kapalnya. Semua orang-orang kafir lari menyelamatkan diri.
Mereka berlari menuju bukit yang lebih tinggi. Istri dan putra Nabi Nuh menolak
ajakan Nabi Nuh. Mereka tenggelam diterjang banjir yang sangat dahsyat. “Tidak
ada seorang pun yang selamat dari kutukan Allah kecuali orang-orang yang
mendapat rahmatnya”. Permukaan bumi pun tertutup air, setelah 40 hari di ombang
ambingkan gelombang dan air bah, kapal itu akhirnya terdampar di atas gunung
bernama Al-Judi. Saat Nabi Nuh membuka pintu kapal. Sinar matahari bersinar
cerah, langit juga sudah berwarna biru. Dan angin yang sejuk menerobos masuk ke
dalam kapal. Sambil mengucap syukur kepada Tuhan, Nabi Nuh melepaskan sepasang
merpati untuk mengetahui keadaan sekitarnya.
Burung
merpati itu langsung terbang melayang di sekitar gunung tersebut. Setelah
beberapa saat ditunggu, akhirnya merpati itu kembali dengan membawa segenggam
tanah di kakinya dan ranting pohon pada paruhnya. Sehingga Nabi Nuh bias
mengetahui bahwa bumi telah menyerap air bah. Allah berkata kepada Nabi Nuh,
“Turunlah dengan keselamatan dari kami dan semoga keberkahan menyertaimu dan
umat yang masih setia bersamamu”. Akhirnya satu per satu pengikut Nabi Nuh
terun dari kapal, bumi kembali aman dari kemusyrikan dan kemurkaan. Mereka
mulai membajak dan mengolah tanah. Menanaminya dengan tanaman yang bermanfaat.
Merekan juga tak pernah lupa menyembah Allah. Nabi Nuh wafat setelah memasuki
usi yang ke 950 tahun…